Kampus
Berparu-paru Dunia
Ditulis oleh : Dwi
Panuntun
Institut Pertanian Bogor
atau yang sering kita kenal dengan IPB, merupakan salah satu kampus terbesar di
Indonesia yang berada di Bogor dengan luas sekitar 260 Ha belum termasuk dengan
lokasi untuk lahan percobaan IPB. Kampus yang sudah didirikan sejak tanggal 1
September 1963 ini telah menciptakan beribu-ribu mahasiswa hebat mulai dari
lulusan Diploma hingga Doktoral. Hal itu yang membuat saya penasaran, ketika mencoba
membuka dan membaca sepintas artikel tentang IPB dari beberapa website di
internet.
Rabu
(26/08), saya berharap semoga semua rasa penasaran ini terungkap. Bapak Pitri
Yandri selaku dosen di kampus STIE Ahmad Dahlan Jakarta dan juga sebagai mahasiswa
S3 di IPB mengajak beberapa mahasiswa STIE Ahmad Dahlan termasuk saya untuk
berkunjung ke IPB. Dengan senang hati saya menerima ajakan itu, tujuannya tidak
lain adalah untuk menuntaskan rasa penasaran yang begitu mengganjal. Sekitar
pukul 06.09 wib. Selain saya dan Bapak Pitri Yandri ada2 mahasiswa lainnya
yaitu Yusri dan Mi’rojun.
Perbincangan
dengan beliau selama perjalanan yang begitu menarik terkait IPB, hingga menambah
penasaran saya yang semakin kuat. “Kaya apa sih IPB???” tanya saya dalam hati.
Sesampai
di gerbang utama IPB petugas pintu menyapa ramah serta menyodorkan sebuah
lembaran kertas. Ternyata, itu berisi tulisan-tulisan tentang kegiatan yang
telah dilakukan di IPB. Dalam hal ini saya
berpendapat bahwa semua pengunjung baik itu dosen maupun mahasiswa setiap
harinya sudah terbiasa dalam gerakan membaca.
Saat
melihat sekitar wilayah IPB, saya memang sedikit tercengang sebelah kanan dan
kiri begitu banyaknya pepohonan rindang dan besar, “Ini Kampus apa Kebun Raya Bogor??.”bercanda
saya di dalam mobil. Namanya saja Institut Pertanian Bogor pasti tidak jauh
dari pertanian maupun pepohonan.
Kita
berpisah dengan pak Pitri Yandri, kebetulan beliau ada acara Sidang Terbuka di
IPB sebagai persyaratan Gelar Doktoralnya. Mencoba berjalan menyusuri wilayah
kampus IPB untuk menjawab semua rasa penasaran saya. Sejenak terlihat sebuah
kegiatan mahasiswa, yang ternyata setelah saya datangi itu kegiatan OPEN HOUSE
yang dilakukan oleh Ikatan Mahasiswa Tanah Rencong (IMTR).
“IMTR
itu Organisasi khusus mahasiswa yang berasal dari daerah aceh”, jawab salah satu
senior. Setelah lama melakukan perbincangan, saya menemukan keunikan disini
yang ternyata setiap daerah ada ikatan mahasiswanya masing-masing yang dimana
hal tersebut dijadikan wadah untuk silaturahmi dan mengembangkan serta
melestarikan budaya yang di daerahnya tersebut.
Masih
belum semua rasa penasaran ini terjawab, lalu kita melanjutkan berjalan
menyusuri jalan IPB yang sejuk dan nyaman dengan panjang mencapai sekitar 17 km
yang menghubungkan ke semua Fakultas. Diseperempat perjalanan berhenti sejenak
di Gedung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) untuk menghirup
udara segar. “Benar-benar terasa seperti sedang keliling di Kebun Raya Bogor”,
bercanda saya dengan yusri dan mi’rojun.
Beberapa
aktivitas yang dilakukan mahasiswa disana sangat beragam, mulai dari Ujung
Barat hingga ke ujung timur yang saya amati begitu produktif. Jam 10.00 saja
saya lihat beberapa mahasiswa di depan gedung Gymnasium melakukan latihan senam
bersama. Dan lebih menarik lagi mahasiswa disana sangat jarang yang menggunakan
sepeda motor untuk keliling maupun menuju fakultas mereka, namun yang mereka gunakan
itu GOES (Bersepeda), lebih ramah lingkungan. Dengan jaminan Kartu Mahasiswa
(KTM) maupun KTP mereka bebas bersepeda dengan gratis muter-muter keliling
Kampus.
Satu
hari serasa tidak cukup untuk bisa keliling IPB dengan jalan kaki, apalagi
hanya sampai dhuhur untuk balik ke Jakarta. Kebetulan saya punya kontak telepon
mahasiswa IPB yang sudah kenal sebelumnya ketika diacara Asosiasi Koperasi
Mahasiswa. “Nah ini baru, jalan-jalan wisata harus ada TourGuide’nya untuk
memandu.”ledekan saya ketika bertemu dengan teman dari IPB yaitu ka Eni dan ka
Cucu yang kebetulan mereka aslinya dari Cilacap Jawa Tengah sama dengan Daerah
Kelahiran saya.
Perjalanan
dilanjutkan untuk menuju ke Gedung SC yang dimana markas bagi para aktivis
kampus ( Sekretariat Unit Kegiatan Mahasiswa). Jalan yang kita ambil ternyata
terobosan-terobosan melewati fakultas MIPA yang terdiri dari beberapa jurusan yang
memang lebih dekat dibanding melewati jalan utama, dan didalamnya berisi
mahasiswa yang dimana mereka berkumpul maupun berkelompok untuk berdiskusi, dilain
tempat lagi mahasiswa yang sibuk dengan tulisan artikelnya, membaca buku, jajan
dikantin yang memang betul-betul nyaman sekali kalau di nikmati.
Kampus
Intitut Pertanian Bogor yang sudah mereka anggap seperti rumah mereka sendiri,
meskipun liburan mereka pun tetap beraktifitas yang produktif di kampus dan
juga rasa kekeluargaannya memang terasa di IPB. “Sebab selama 1 tahun, khusus
bagi mahasiswa baru di wajibkan untuk tinggal di Asrama.” Jawab ka Eni . Terjawablah
disini kenapa mereka begitu bisa saling
mengenal satu sama lain, semua mahasiswa baru di wajibkan untuk tinggal bersama
jadi tidak pandang bulu apakah dia anak Menteri maupun anak Presiden semuanya
diperlakukan sama.
Berikutnya
lagi perpustakaan, meskipun masih liburan mahasiswa ramai berbondong-bondong
untuk membaca keperpustakaan. Pepatah mengatakan” Membaca adalah jendela Dunia”. Memang tidak salah lagi kalau
mahasiswa disana cerdas-cerdas, karena “Tiada
ada hari tanpa membaca”. Sehingga tidak salah juga kalau Program
Kreatifitas Mahasiswa (PKM) di IPB selalu lolos.
Dengan
budaya membaca seperti ini dengan memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh
kampus dan lingkungan kampus yang sehat pula karena begitu banyak oksigen yang
memang bisa didapatkan karena banyaknya pepohonan yang rindang menjadikan
atmosfer yang besar bagi mahasiswa untuk belajar dikampus IPB sebagai kampus
berparu-paru dunia ini.
Perjalanan
kita terhenti lama di ruang sekretariatan Koperasi Mahasiwa IPB, dan ternyata
Gedung SC-nya sekarang sudah dibagi 2, yang pertama dekat sekretariatan
koperasi sedangkan yang kedua dekat dengan gedung Gymnasium. Gedung yang kedua
khususnya buat naungan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang dimana lebih dekat
dengan fakultas-fakultas dibandingkan dengan Gedung SC yang kedua.
Telah
terjawab sudah rasa penasaran ini dengan kampus berparu-paru dunia ini, dan
besar harapan saya untuk bisa berkunjung kembali ke kampus ini untuk belajar
lebih banyak mengenai lingkungan hidup dan pola belajar mahasiswa IPB, semoga
hal itu bisa menjadikan semangat juga buat teman-teman di kampus STIE Ahmad
Dahlan Jakarta khususnya untuk selalu semangat dalam belajar, berbudaya membaca
serta menulis dan memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan oleh kampus
dengan sebaik-baiknya. Satu lagi ketika pulang ditambah dengan makan Soto Pak
Ujang yang telah tersertifikasi halal langsung dari IPB menjadi terasa mantap.hehehe
(depe)