Dari DESA Menjadi DUTA
Oleh : Dwi Panuntun (Duta Mahasiswa GenRe Provinsi Banten 2016)
Bissmillahirrohmanirrahim,
perkenalkan namaku Dwi Panuntun, kerap disapa “DEPE”. Panggilan yang
mirip-mirip nama artis ini, aku dapatkan sejak menduduki bangku putih biru dan
secara tiba-tiba kawan sebangku menyebutnya. Hingga, sampai saat ini juga aku
menggunakan sapaan tersebut sebagai “Branded Name” widihhh!!!. Cilacap Kota kelahiranku, Adipala Bunton desa
tercintaku dan tepat 22 Januari 1996 aku di lahirkan. Siap, siap aja yah
kadonya..hee. Dunia penuh dengan cerita kawan, baik itu cerita sedih, senang,
susah, bahagia, galau, menderita, putus asa, semangat, bahkan cerita sandiwara
sudah menjadi asam garam di kehidupan dunia ini.
Sebelumnya, mohon maaf ya buat
pembaca jika tulisan saya masih banyak kekurangannya, karena sebenarnya berat
sekali untuk menulis, tetapi karena aku pengin bisa menulis, maka aku coba
menulis ini dengan setulus hatiku. J
Tapi bagi teman-teman pembaca yang tidak tertarik dengan tulisanku ini, bisa di
stop aja ko bacanya, sebelum di stop hatinya sama Dewi Persik (Stop kau mencuri
hatiku-hatiku). A elah.hee.., tenang saja, aku ga bakalan kenapa kenapa. Aku hanya tak ingin mendzolimi teman-teman
pembaca semua. Heee...Oke bagi yang mau lanjut membaca, baca istighfar 3X dulu
ya supaya jin-jin pengganggu disampingmu itu bisa disingkirkan segera.(Jangan
kenceng-kenceng bacanya takut kedengeran orang disampingmu bisa berabeee).heee
Oke kembali ke.. DP, kayak mau cicilan motor
aja ya ada DP-nya segala. Haaa.... Jadi kawan, aku berasal dari desa nan jauh
dari perkotaan, bukan keturunan raja, bukan pula keturunan bangsawan, apalagi
keturunan priyayi namun aku hanyalah orang yang ingin di Cintai.” Ost lagu Project Pop.haa..
Hidup dan besar dengan bermain
disawah menjadi kenangan yang terindah ketika mengenang kampung halaman. Namun,
aku menyadari bahwa hidup ini harus aku perjuangkan dan butuh perubahan, ngga
hanya hidup ala kadarnya saja. Nah, hal itu yang membuat aku memilih untuk merantau.
Jadi, begini ceritanya :
sejak awal, saat beberapa waktu sebelum
kelulusan di bangku putih abu-abu, aku sempat yakin dan fokus untuk bekerja
menjadi seorang teknisi di suatu perusahaan besar, karena berhubungan sesuai
dengan jurusan prodiku yaitu Teknik Komputer dan Jaringan. Aku juga melihat
kondisi orang tua yang tidak mungkin aku melanjutkan untuk kuliah. Jadi, aku
ambil start untuk melamar pekerjaan di berbagai Perusahaan, dan itu berjarak
tidak lama antara lamaran yang satu dengan yang lainnya. Nah, ketika pengumuman
terlihatlah apa yang tidak aku bayangkan terjadi. Semuanya lolos,
“Alhamdulillah, tapi ampunn deh” ucap kata sambil memegang jidatku. Hal itu
yang membuat aku harus memilih pekerjaan mana yang memang cocok buatku.
Dari sekian obrolan dengan teman
untuk mencari informasi mana yang terbaik yang harus aku pilih, akhirnya ketemulah
sebut saja PT.Mawar yang aku pilih. Selang beberapa bulan, aku mencoba
menunggu, menunggu dan menunggu. Menganggur dirumah, tak ada uang jajan, mau
meminta ke orang tua tapi dalam hati, “Jangan Dp jangan minta, mau di taroh
dimana muka kamu”,bicaraku gitu dalam hati. Akhirnya, aku tancap gas untuk
mendaftar di pabrik triplek dan alhamdulillah mendapat gaji pertama Rp 300.000
tiap 2 minggu. Rencana uang ini mau buat Ibu sekian dan buat ditabung sekian,
tapi tiba-tiba datang mobil membawa seperangkat alat tidur (kasur), dan datang
menemui ibu menawarkan kasur itu, dan herannya harganya pas banget Rp 300.000
tanpa dipotong pajak sepeserpun. “Etdah”,...Karena ibu yang melihat aku tidur
selalu dilantai tanpa kasur, akhirnya ya sudah deh itu dibeli juga kasur pakai
uang gajian pertama. Setelah dijalanin kurang lebih 1,5 bulan bekerja di pabrik
triplek, aku milih undur diri karena tidak impas dengan resiko yang dihadapi.
Butuh Uang jajan??Tapi gimana
caranya biar ga minta sama orang tua nihh!!!
Alhamdulillah, punya sahabat yang
kerja di cucian mobil nih, dapet kesempatan langsung tancap aja ikutan. Ya
lumayan lah bisa buat uang jajan, tapi kaki ancur semua gara-gara kutu air,
kalo kutu buku mending bisa pinter, lah ini kutu air.heee.
Melihat kondisi itu, malam-malam
aku di dudukan ajak ngobrol sama bapak ibu tercinta. “Duh aku kenapa nih??” ucap
dalam hati sambil Dag dig dug joz. Ternyata aku ditanya pengin kuliah atau ngga.
Lalu, Jawab saya dengan lembut, “Pak, Bu,aku mau kuliah tapi yang sama sekali
ngga bayar. Aku ngga mau membebani ibu bapak, kalau kuliah pun nanti aku ngga
mau ibu bapak buat kirimin aku duit apapun, biar bisa melatih aku mandiri”. Udah
tuh setelah ucap itu, Bapak ibu mendo’akan semoga apa yang diinginkan dapat
terwujud.
Sungguh luar biasa “min haisyu
laa yah tasib”, Allah memberikan rezeki
yang tidak disangka-sangka. Melalui kaka ipar yang kebetulan kerja di Jakarta,
menyampaikan kabar gembira bahwa ada informasi beasiswa bidikmisi di Perguruan
tinggi Muhammadiyah fakultas ekonomi di Jakarta. Nah, dapet kabar itu saya
sadar sepertinya ini tanda-tanda dari Allah meskipun fakultas Ekonomi padahal
yang aku inginkan fakultas teknik. Ibadah sholat malam saya tunaikan semoga bisa
diberikan petunjuk yang lebih baik, serta yang sangat penting meminta do’a
restu kedua orang tua.
Keesokan harinya, aku kabarin
langsung tuh ke kaka ipar. Bahwa aku siap untuk mengambil beasiswa bidikmisi
dan langsung menyiapkan persyaratan yang diperlukan. Cakep bener kan Do’a diri
sendiri ditambah do’a orang tua makin plus-plus tuh.
Nah, di dalam persyaratannya
wajib dilengkapi dengan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu), kebetulan itu pas
hari jumat aku konfirmasi ke kaka ipar, dan hari sabtunya aku menyiapkan segala
persyaratannya mulai dari legalisir ijazah di sekolah, tetapi baru bisa di ambil dihari Senin. Nah, setelah
di tinggal ijazahnya untuk di legalisir, langsung tancap ke kantor kepala desa membuat SKTM, Tapi lupa kalau hari sabtu
kantor pemerintahan tutup.
Jadi PR lagi kan,? Nah, Di hari
seninnya langsung saja tancap ke sekolah untuk mengambil legalisir. Karena
perjalanan ke sekolah lumayan jauh, giliran balik dari sekolah menuju ke kantor
kepala desa malah tutup, dan hanya satu pegawai tersisa. Aku datangin
kerumahnya minta tolong untuk membuatkan surat pengantar ke kepala desa. Alhamdulillah
orangnya baik jadi mau kembali lagi ke kantor, namun pak Kepala Desanya sudah
tidak ada lagi dikantor untuk menandatangani surat tersebut, jadi langsung aku
datangin rumahnya. Eh, Dirumahnya ga ada juga, katanya sedang di sawah. Aku
datangin juga ke sawah bersyukur akhirnya ketemu dengan beliau.
Singkat Cerita, Perjalanan
merantau ke Jakarta aku ditemani oleh Ayah tercinta berbuah tangan
masing-masing 2 tas. Sangat miris lagi, saat tas yang berisi dokumen-dokumen
penting persyaratan bidikmisi ketinggalan di Bis. Dag..Dug...Dug..Duer!! DP
tenang.. Dp tenang. Muter muter dulu tuh nyari tuh bis dengan bantuan abang
ojek yang mangkal pinggir jalan. Alhamdulillah berkat Allah SWT tasku di
temukan di PO.Bis Ciputat.
Dikenal sosok DP pertama di kampus dengan
suara khasnya yang medok. Itu saat menjadi MC di acara Inagurasi UKM Musik
NasiBungkus. Tapi, aku tak mau minder mungkin ini yang menjadi khas buat orang
lain untuk mudah untuk mengenalku,“Kalau aku orang dari desa”.Ce ilahh... Dan
itu terlihat jelas saat kegiatan perkuliahan, di sela-sela mengisi materi tiba-tiba
dosen pake nanya tuh, “Siapa yang belum pernah ke Carefour??”, Etdah..ngaku ga
yah,,ngaku ngga yah.. dengan PD-nya aku angkat tangan sendirian. Upsss
Ternyata dari sekian mahasiswa di
kelas, Cuma aku saja yang belum pernah ke Carefour. Malu sebenernya.haaa,,,namun
hanya sebentar, langsung berubah menjadi termotivasi dari kejadian itu untuk
bisa melakukan hal yang lebih walaupun belum pernah main ke carefour. Jangankan
ke Carefour, nonton film di Bioskop aja
belum pernah seperti apa pak.wkwkwk
Dengan tekad yang kuat berupaya
untuk menjadi pembeda dari teman-teman yang lain, aku ikuti segala kegiatan
yang ada di kampus, mulai dari organisasi UKM Musik NasiBungkus, IMAKSI, Koperasi
Mahasiswa, IMM, sampai kegiatan-kegiatan diluar kampus. Menjadi MC acara-acara seminar,
Muhammadiyah Expo sampai MC Wisuda aku lakukan, padahal sama sekali ngga ada
basic bahkan pengalaman buat MC. Tapi, karena mungkin biasa ngomong di depan orang
dan berlagak-lagak seperti pembawa acara itu yang menjadi aku bisa.
Setelah sering mengikuti
kegiatan, aku ingin mempunyai target, impian dan keinginan, “Bagaimana caranya aku
bisa mengukir prestasi yang bisa aku wariskan minimal 1 tropi deh untuk kampusku
tercinta ini, yang telah memberikan aku banyak cerita baru dan luar biasa”,
ucapku sambil merenung.
Ku sampaikan terus kata-kata
tersebut melalui sujudku untuk Yang Maha
Mempunyai segala-NYA. Dari berbulan-bulan belum juga tanda-tanda aku rasakan,
tetapi aku terus berprinsip, “GIVE, GIVE, GIVE To Campus”. Untuk itu, aku tekan
kan terus bersyukur atas nikmat-NYA, dan teruslah memberi apa yang aku bisa berikan,
insyaallah akupun akan mendapatkannya entah dari mana datangnya, karena “min
haisyu laa yah tasib”.
Beberapa perlombaan aku ikuti, seperti
lomba desain kaos, lomba menulis di media online, lomba desain logo, lomba
fotographer online. Tetapi belum ada yang beruntung, mungkin belum rezekinya
kali yah, atau bukan potensiku disini.
Mulai nih aku melihat dan merasakan,
“Sebenernya potensiku apa??“ masih saja berfikir, mencari tahu dan membaca
buku-buku motivasi yang ada di perpustakaan kecilku yang aku taruh dikosan,
siapa tahu terinspirasi.
Akhirnya, malaikat menyampaikan
kabar gembira bahwa ada audisi pemilihan duta mahasiswa GenRe di bawah naungan
BKKBN Provinsi Banten dan melalui organisasi Pusat Informasi dan Konseling
(PIK), yang bikin anehnya tuh aku di pilih buat jadi peserta audisi mewakili
kampus bersama 8 orang lainnya. Jadi ada 9 orang lah yang mewakili kampus nih.
Lagi-lagi aku intropeksi diri, “Duta,
Duta bahwa Duta itu keren, tinggi, pengetahuan luar biasa, Bisa nyanyi juga (itu
Duta Sheila On 7).wkwk..Lah Aku???Apa pantes yah aku jadi Duta??,
Tik,,,Tuk,,Tik,,,Tuk.
Namun, pertanyaan tersebut aku
rubah , “ Bagaimana caranya ya aku bisa menjadi Duta?”. Ini menjadi semangat
lagi, tancap saja aku menyelesaikan persyaratan yang di perlukan. Hujan, panas,
dingin terus aku terjang bersama teman-teman PIK yang menjadi peserta audisi
untuk mengirimkan berkas pendaftaran.
Giliran esoknya audisi nih, baru
deh anak-anak pada belajar SKS (Sistem Kebut Semalam). Ada yang ga kuat pada
tepar, tetapi entah kenapa aku semangat dan ejoy sekali untuk mengikuti audisi
ini yang dimana baru sekali-kalinya.
Berdo’a terus meminta kepada Yang
Maha pemilik segalaNYA, untuk diberikan kelancaran dan kemudahan serta
kesuksesan. Dan tidak di sangka-sangka nih, muncul lagi kan hadisnya “min
haisyu laa yah tasib”, aku masuk terpilih menjadi 20 Finalis dan siap untuk di karantina.
Wow wow,,,perasaan, ga percaya, ga mungkin sempat muncul di pikiran sambil
makan nasi goreng bersama teman dekat saya yang ternyata uangnya kurang buat
bayar nasi goreng.upsss...haaaa
Puji syukur aku panjatkan kepada
Yang Maha Pemberi,dan berterimakasih kepada semua orang yang telah mendukung
serta mendo’akanku.
Karantina pun dilakukan di sebuah
Hotel ternama di Serang, Hotel Ratu namanya. Aku selalu ingat pesan bapak Sutia
Budi waktu nginep pas kegiatan Muktamar Muhammadiyah di Makassar, kalau tidur
di hotel atau ketika memperoleh kenikmatan teruslah berdo’a semoga bisa tidur
di hotel lagi untuk acara yang lebih baik dan nginep dihotel bukan
sekali-kalinya. aaminnn
Sempat minder juga, ketika masih
awal-awal karantina. Sepertinya hanya aku saja yang berasal dari kampung, dan
mungkin kampungan. L
Karena, dengan melihat penampilan lawan yang rapi-rapi bajunya bagus-bagus yang
menyewa sampai jutaan rupiah,kata temen-temen tuh dan aku menggunakan pakaian
apa yang aku punyai dan beberapa di dapet dari pinjem ke teman. Namun, itu
bukanlah halangan dan aku coba melawan rasa minder itu, dengan terus kuatkan
niat bahwa aku sedang mencari ilmu, aku sedang belajar.
Sampai di malam puncak,Dahsyat
banget panggungnya. Dalam hati berkata, “Ya Allah apakah malam ini akan menjadi
sejarah baru buatku?”. Wah banget panggungnya, kaya yang di tipi tipi. Aku
terus menghubungi orang tua dan kakak mohon do’anya semoga diberikan hasil yang
terbaik. Rasa nge-Down juga, ketika
supporter yang datang dari kampus-kampus lain sejumlah ada yang 1 bis, 2 bis
dan walikotanya pun ada pula yang sempat datang untuk menghadiri acara
tersebut. Sedangkan aku, belum ada kepastian yang datang,” Siapa?Berapa orang?,
dan naik apa?”. Tetapi aku tetap semangat, dan positif thinking bahwa ada Allah
di sampingku.
Performe pertama dengan tarian
pembuka, terdengar sorak porai supporter dari finalis lain, dan aku beranggapan
saja kalau mereka tuh teriakin dan mensuportku juga, karena waktu itu aku
posisi paling depan untuk tarian pembuka.
Berharap ada supporter dari
pihakku yang mengambil gambar. Tapi sama sekali ga ada.
Sampai usai nari, terus ganti
baju tuh pake pakaian yang cakep cakep. Diberi waktu 15 menit buat ganti
pakaian, wah sudah deh pokoknya pada sibuk sendiri ga mikir yang lain. Eh, celanaku
ternyata ketinggalan di ruangan tempat naroh tas “Astaghfirulllohalazim, ampun deh”. Lari aja tuh tanpa pake sepatu,
buat nemuin security yang pegang kunci ruangan itu. Alhamdulilllah, dapet dan
langsung ganti aja puji syukur waktunya cukup-cukup pake banget tuh.hee
Udah ganti baju giliran Cat walk
nih, alhamdulillah puji syukur ada seseorang yang menemuiku sebelum naik ke
atas panggung dan ternyata itu dia Yoca Alfarizi beserta teman-teman keluarga
FORMASI (Forum Mahasiswa Bidikmisi) ada 1 mobil yang memberikanku semangat.
Wah, makin PEDE nih, jadi ngga sedih lagi.
Sorak porai, ketika semua finalis
jalan di karpet merah untuk aksi catwalk
nya, sampai pengumuman Top 5. Sebelumnya, teringat kata-kata pelatih nari yang
melatih waktu karantina, teh Wini namanya. Beliau berkata “Depe jangan gugup
yah kalau pas dewan juri nanya”. Nah, itu tuh ucapan bagian do’a dari teh wini.
Positif thinking, jangan jangan aku masuk 5 besar nih dapat tanda-tanda Allah
dari teh Wini. Sambil berdo’a terus, tersebut juga tuh nama DWI PANUNTUN dari
MC, puji syukur tak disangka-sangka alhamdulillah masuk besar dan nilainya paling besar.
Nah, usai pengumuman 5 besar, aku
berdo’a terus dan meminta do’a kepada beberapa finalis juga yang selalu
mendukungku. Akhirnya, pengumuman tuh 3 Besar, tersebut bukan nama tapi nomer
dada. Sebutannya tuh hari kemerdekaan Indonesia, sambil mikir dulu tuh siapa
yang punya nomor dada sesuai tanggal kemerdekaan RI, liat ke dada eh ternyata nomor dadaku. Makin
tidak disangka-sangka lagi tuh.
Suasana ruangan makin ramai,
ketika penentuan juara Duta Mahasiswa Genre Provinsi Banten 2016. Kebetulan ada
3 pasang, dan untuk cowonya Ryan dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Ecat
dari Universitas Muhammadiyah Tangerang dan aku dari STIE Ahmad Dahlan Jakarta.
Lanjut cerita, ketika supporter berteriak nama-nama yang Top 3 tuh, udah kaya
mau perang. Ibarat perbandingan udah 1 mobil : 4 Bus, ya kalau mobilnya mobil
truk, lah ini mobil yang berisi 7 orang saja dilawan penonton dari 4 bus, wah sudah
seperti teriak di bukit.
Namun, tak lama kemudian dapat
lah hasil pemenang Juara 1 Duta Mahasiswa Genre Provinsi Banten 2016, yang
awalnya tidak disangka-sangka, awalnya tidak menduga-duga. Tapi, karena Allah
Maha SegalaNYA, anak kampungan, anak dari desa nan jauh sana bisa menjadi
seorang Duta. Ini salah satu pengalaman yang sangat luar biasa yang pernah aku
alami.
Semoga bisa menginspirasi
teman-teman pembaca semua. Bahwa apa yang akan kita lakukan apa yang kita
inginkan tidaklah jauh dari ridho Allah SWT, serta do’a orang tua dan sekitar
kita. Maka, aku teringat kata-kata dari dosen Ekonomi Islam (Pak Yayat
Sujatna), “Kalau kamu pengin punya mobil, rumah, atau apapun ?, ya deketi yang
punya mobil, deketi yang punya rumah, deketi yang punya segalanya. SIAPA?? Ya
Allah SWT Yang Maha Kaya, Allah Yang Maha memiliki segalaNYA”, dan semoga kita
tergolong orang-orang yang bertaqwa.(DEPE)