Dwi panuntun Dwi panuntun Author
Title: Resume Pengajian Bulanan
Author: Dwi panuntun
Rating 5 of 5 Des:
 Toleransi dan Kebebasan Beragama Ditulis Oleh : Dwi Panuntu n (Pengurus Koperasi Mahasisw a)       ...


 Toleransi dan Kebebasan Beragama
Ditulis Oleh : Dwi Panuntun (Pengurus Koperasi Mahasiswa)
 
 
 
 
 
 
  
 
                                          
Ketua Pusat Pengembangan Ilmu Kemuhammadiyahan STIE Ahmad Dahlan Jakarta Bpk. H. Ahsin Abdul Wahab (kiri) dan Ketua Lembaga Dakwah Khusus PP Muhammadiyah Bpk. H. M.Ziyad (Kanan) memberikan tausiyah kepada Civitas Akademika dan beberapa Mahasiswa STIE Ahmad Dahlan Jakarta dalam acara rutinan pengajian bulanan. Jum’at (18/12)


                   

Akhir tahun nampaknya menjadi bulan emas kegemilangan bagi umat manusia di seluruh penjuru dunia. Segala upaya dilakukan untuk menjemput tahun baru dengan berbagai macam persiapannya. Happy New Year menjadikan momentum terindah menurut sebagian di kalangan anak muda bahkan orang tua.
Sebelum Tahun Baru, tentu juga adanya perayaan Hari Besar Natal bagi umat Kristiani  yang di mana disebutnya sebagai hari kelahiran Yesus Kristus. Inilah yang menjadi pokok penyampaian tausiyah pada pengajian bulanan pada bulan ini yang dilaksanakan di Ruang Pertemuan Syahrir Nurut Lantai 2 dengan tema “ Toleransi dan Kebebasan Beragama” .
Dalam hal toleransi, ajaran islam sangat menjunjung tinggi terhadap nilai-nilai toleransi dan mengajarkan toleransi dalam beragama. Dalam pengajiannya, bapak H.M. Ziyad menyampaikan bahwa adanya 2 toleransi yaitu, toleransi pasif berarti adanya keinginan untuk tidak mengganggu orang lain, dan Toleransi aktif yaitu adanya keinginan menggelorakan/menggalakan untuk mengajak banyak orang supaya tidak mengganggu.
“Secara kontekstual memang bahwa toleransi beragama merupakan suatu sikap sabar dan menahan diri untuk tidak mengganggu dan melecehkan agama lain, maka dari itu orang yang bertoleran itu butuh kesabaran yang sangat luar biasa”, kata H. M. Ziyad.
Disamping itu, bertoleransi merupakan suatu penghormatan dalam hal nilai kemanusiaan. Ini dikatakan oleh Jabir bin Abdullah RA dan merupakan contoh toleransi terhadap semua manusia yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW bahwa ketika orang muslim bertemu maupun melihat jenazah yang melewatinya maka segera untuk berdiri, meskipun jenazah itu adalah jenazah orang yahudi. Namun, sering kita lihat dijalan raya jenazah dibawa memakai Mobil Ambulance, sebagai wujud penghormatan, maka kita haruslah minggir untuk memberikan jalan bagi Ambulance itu, bukannya mengambil kesempatan membonceng dibelakangnya. Isi pemaparan tausiyah yang di ambil dari Hadits HR. Bukhari.
Sikap Tauladan yang diajarkan Rasululloh terhadap toleransi beragama secara proposional, maka tidak ada larangan bagi umat islam untuk bergaul dengan agama apa saja yang penting tidak boleh untuk meyakininya. Saling hormat-menghormati antar sesama manusia menjadikannya hidup bermasyarakat terasa tentram dan damai.
Dalam konteks menghormati, kadang sebagai umat manusia belum memahami betul-betul terkait Peraturan yang diatur oleh masing-masing agama. Tentang ucapan selamat atas hari raya umat lain, misalnya “ Selamat Hari Natal”, PP Muhammdiyah dan MUI melarang hal ini (diharamkan). Karena kandungan fatwa dari Majelis Tarjih dan Tajdid PP muhammdiyah bahwa Umat Islam diperbolehkan bergaul dengan umat agama-agama lain dalam masalah keduniaan serta tidak boleh mencampuradukan, seperti meyakini Tuhan lebih dari satu, Tuhan mempunyai anak, dan Isa al-Masih itu anaknya.
Dalam penyampaian tausiyahnya, dijelaskan dengan suatu slide dialog sebagai berikut :
Maafkan aku saudaraku, aku tidak dapat MENGUCAPKAN SELAMAT NATAL buatmu.
Muslim       : “Bagaimana Natalmu?”
Crist             : “Baik, kau tidak mengucapkan selamat natal padaku?”
Muslim       : “Tidak, agamaku menghargai toleransi antar agama, termasuk agamamu. Tapi urusan      ini, Agamaku melarangnya..!” 
Crist             : “Tapi kenapa? Bukankah hanya sekedar kata-kata? Teman-teman muslimku yang lain mengucapkan padaku.
Muslim            : “Mungkin mereka belum mengetahui Christ, Bisakah kau mengucapkan dua kalimat syahadat?”
Christ               : “Oh tidak, aku tidak bisa mengucapkannya. Itu kan mengganggu kepercayaan saya..!”
Muslim         : “Kenapa? Bukankah hanya kata-kata? Ayo Ucapkanlah...!
Christ    : “ Sekarang saya mengerti...”
Dalam hal toleransi dijelaskan oleh beberapa rambu-rambu terkait toleransi yang diantaranya pertama, tidak ada paksaan dalam beragama yang dimana islam tidak mengenal konsep pemaksaan agama. kedua , toleransi dalam aspek mu’amalah yaitu dengan sikap toleransi bertetangga untuk saling tolong menolong, saling menghormati dan saling memuliakan. Ketiga, dalam aqidah tidak ada toleransi dimana dalam aspek sosial kemasyarakatan semangat toleransi menjadi anjuran, umat islam boleh untuk saling tolong menolong, bekerjasama dan saling menghormati dengan non muslim. Tapi, dalam soal aqidah tidak ada toleransi.
Namun, dengan perbedaan ini tetaplah mewujudkan suatu persatuan Indonesia yang dimana terdapat dalam makna “BHINNEKA TUNGGAL IKA” yang artinya Berbeda-beda tetapi tetap satu jua./ Dwi Panuntun

About Author

Post a Comment

Advertisement

Advertisement

Komentar

Dapatkan comment widget ini di sini
 
Top